Periode 1950 – 1963
Pada tahun 1950 mulai dibangun jalan dan perumahan di daerah rawa dan hutan (Rajawali Selatan), enam tahun kemudian terbentuklah kavling-kavling (Pademangan Timur).Dengan munculnya pemukiman baru dengan umat Katolik yang cukup banyak terutama dari daerah Flores, maka Paroki Katedral memandang perlu adanya suatu bimbingan rohani untuk umatnya. Paroki Mangga Besar diminta bantuannya untuk memikirkan daerah Pademangan dan Rajawali Selatan dengan pertimbangan jarak.
Pendidikan dan pembinaan iman sangat diperlukan untuk itu pada tahun 1959 berdirilah Taman Kanak-kanak di Pademangan II Gang 14, pendirinya Pastor R. Bakker, SJ dengan dibantu Almarhumah Ibu Toewakir.
Mengingat kondisi keuangan paroki saat itu masih minim, maka dengan bantuan dari Paroki Katedral, Pastor Bakker membeli sebidang tanah beserta bangunan sementara. Bangunan ini nantinya dijadikan Sekolah Dasar (SD Santo Lukas) sekaligus sebagai tempat perayaan misa perdana tanggal 15 Agustus 1960. Atas kemurahan hati Ibu Duville, maka pastoran yang merangkap gudang menggunakan salah satu kamar di rumah Ibu Stasi Kalimati ini. Inilah awal berdirinya Stasi Kalimati yang nantinya menjadi Paroki Santo Alfonsus. Untuk melayani masyarakat kecil di daerah ini dalam hal kesehatan pastor Bakker menghubungi Yayasan Melania. Yayasan Melania membeli dua rumah di gang 8, untuk dijadikan klinik bersalin dan poliklinik.
Pada masa-masa ini kegiatan-kegiatan sudah mulai berjalan diantaranya Putera Altar (Misdinar), ibu-ibu paroki dan Pewartaan, namun belum berbentuk seksi.
Periode 1963 – 1968
Setelah kepergian Pastor Bakker ke Bidaracina, Stasi Kalimati dipimpin oleh Pastor J Theng Tok Hiang, SJ, diteruskan Pastor J Middendorp, SJ sampai datangnya Pastor perintis Paroki Santo Alfonsus yaitu Pastor H Van Opzeeland, SJ diawal Oktober 1966. Kedatangan pastor muda ini awalnya sempat diragukan, namun ternyata beliau sangat perhatian dan mempunyai ide-ide yang sangat bangus. Masalah pendidikan menjadi perhatian oleh karena itu untuk menampung lulusan SD, maka paroki mulai membangun SMP Santo Lukas pada tahun 1965 dan diresmikan tahun 1966, sebagai kepala sekolah yang pertama ditunjuk Bapak Bambang da Cunha. Ibu-ibu di paroki yang sudah aktif dari semenjak perintisan paroki memerlukan wadah, atas dasar inilah Wanita Katolik dirintis antara tahun 1961-1962, secara struktural organisasi ini menginduk pada WK Pusat, disini Pastor sebagai moderator. Sayangnya karena kondisi pada masa itu (tahun 1962 – 1972) kegiatan sempat berhenti. Melihat semangat dan kreatifitas kaum muda, maka dipandang perlu pembinaan secara khusus dan wadah untuk menampungnya, kemudian mereka pada periode ini tercatat sudah menjadi anggota Organisasi Pemuda Katolik terbukti dengan adanya Pemuda Katolik ranting PARA (Pademangan Rajawali) menginduk pada Pemuda Katolik Pusat. Pemuda Katolik salah satu kegiatannya mengurus Media Lontjeng Santo Alfonsus, kemudian berganti nama Media Salfo. Penerbitan perdana tanggal 1 Oktober 1968 dalam rangka menyongsong berdirinya Paroki Santo Alfonsus dan pesta pelindung Paroki.
Perkembangan umat yang pesat memerlukan tempat ibadah yang besar pula, maka pada tanggal 1 Nopember 1967 dimulai pembangunan aula.
Diperkirakan sekitar tahun 1973 baru terbentuk Seksi Kepemudaan di paroki di bawah dewan paroki, dan terus berkembang sampai saat ini. Sementara Organisasi Pemuda Katolik tidak tercatat kelanjutannya.
Sejak dirintisnya pelayanan untuk umat yang meninggal, semua dilayani oleh Pastor Schouten dari Paroki Mangga Besar, baru pada tanggal 18 Januari 1968 dibentuk Seksi Santo Yusuf dengan pengurus antara lain Bapak Mulyadi, Bapak Toewakir, Bapak Michael Bala Koban, Bapak Kang Cek Tai, Bapak Ompu Sungu dan Bapak Bong. Setelah terpisah dari Paroki Mangga Besar, maka untuk membiayai kegiatan pelayanan dibentuk panitia pencari dana dengan ketua Bapak Sumarno pada bulan Februari 1968. Seksi ini bagian dari seksi sosial paroki yang sudah terbentuk sebelumnya, kegiatannya membantu umat yang meninggal dunia meliputi peti mati, tanah kuburan dan perijinannya.
Periode 1968 - 1973
PGDP (Pengurus Gereja dan Dana Papa) dibentuk secara resmi tanggal 8 Juni 1968, diketuai oleh Pastor Indrakaryana, SJ karena Pastor Kepala belum WNI. Paroki Santo Alfonsus resmi berdiri tanggal 10 Juni 1968.
Untuk mendanai SSP pada waktu itu cukup sulit, bahkan sampai uang pastorpun terpakai. Atas dasar keprihatinan dan demi menunjang pelayanan SSP maka dibentuklah lembaga simpan pinjam. Kebetulan pada saat itu Pastor K Albrecht SJ dari Lembaga Daya Dharma sedang mengembangkan Credit Union, maka Pastor diminta memotivasi dengan pendidikan selama kurang lebih tiga bulan, setiap hari Rabu. Setelah para ketua kring dan beberapa aktivis bapak-bapak mendapat pendidikan, maka Koperasi Simpan Pinjam (CU) Swapada berdiri tanggal ------------
21 Oktober 1971, kegiatan CU melayani umat masyarakat di sekitar Paroki baik katolik maupun non katolik. Seperti yang kita ketahui bahwa kegiatan ibu-ibu paroki sempat berhenti, atas perhatian dari Romo Marto, ibu-ibu di paroki memulai kegiatannya kembali tahun 1973 dengan wadah baru bernama Ibu-ibu Paroki. Melalui wadah inilah kelompok ibu-ibu paroki berkembang pesat.
Awal tahun Januari 1969 STM Strada dibuka, sementara menempati gedung SMP, pendirian STM diprakarsai oleh Bapak Iskandar Sugeng, Bapak Kosasih, Bapak J Hasan dan tokoh Katolik pada waktu itu. Ide Pastor Opzeeland membuka sekolah kejuruan ini untuk mempersiapkan lulusan yang siap bekerja mengingat kondisi ekonomi saat itu. Menurut beberapa sumber sebenarnya selain STM ada SMEA yang dibuka oleh Pastor Opzeeland, tapi sayangnya kelanjutan sejarah dari SMEA tersebut tidak diketahui karena nara sumber yang paling tahu mengenai sejarah tersebut sudah meninggal dunia, berita terakhir SMEA ini berada di Jalan Pangeran Jayakarta dekat rel kereta api.
Pada periode ini sekitar tahun 1970 tercatat sudah ada kegiatan Koor Paroki, sekalipun masih belum ditata rapi. Koor Paroki ditata sejak masuknya Romo Martosudjito sekitar tahun 1974. pada akhirnya koor berkembang sampai ke wilayah, seksi, dan kelompok kategorial. Padawaktu itu paroki belum mempunyai gedung pastoran sendiri, maka Bapak Uskup mengusulkan adanya gedung pastoran.Untuk menunjangnya maka dibentuklah panitia pembangunan pastoran yang diketuai Bapak A. Soemanto. Gedung baru terwujud tahun 1972 dengan perjuangan yang gigih, pastoran ini berdiri di atas tiga kavling tanah dengan dua rumah yang direnovasi kemudian disambung. Paroki melihat perlu ada pembinaan iman anak-anak secara khusus dan atas anjuran dari KAJ, maka didirikanlah Sekolah Minggu sekitar bulan Agustus 1972, Dengan berjalannya waktu KAJ melihat perlu adanya identitas yang membedakan antara Katolik dan Kristen Protestan, maka sekolah minggu berubah nama menjadi Sekolah Bina Iman sekitar tahun 1985. Perkembangan umat yang cukup pesat dibarengi dengan banyaknya anak usia sekolah, maka di tahun 1972 juga, paroki membangun gedung SD Sunter yang diresmikan tanggal 6 Januari 1972. saat itu secara teritorial masuk stasi sunter.
Atas usulan umat dan pertimbangan yang matang maka Sekolah Strada yang semula milik KAJ, diambil alih oleh PGDP St. Alfonsus pada Juli 1972
Periode 1973 – 1983
Kedatangan Romo JB Martosudjito,SJ tanggal 17 Desember 1973 membawa angin baru di paroki kita. Sepanjang tahun 1973 sampai dengan 1983 umat paroki semakin berkembang sehingga diambil kebijakan untuk melakukan pemekaran kring terutama di Pademangan Timur dari sebelumnya 10 kring menjadi 17 kring. Untuk menyamakan pengertian maka pada tahun 1978 KAJ mengganti nama kring menjadi lingkungan secara serentak. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh dewan paroki untuk melakukan pemekaran lingkungan. Pembentukan wilayah terjadi pada tahun 1979, maka paroki kita mempunyai enam wilayah dan satu lingkungan khusus yaitu lingkungan Pantai Kuta, di Ancol Timur dengan ketua Ibu Sena Wirajaya (sekarang masuk Paroki Santo Lukas).
Pada bulan Juli tahun 1973 PGDP mendapat hibah berupa dana dan seluruh inventaris SMP Santa Maria Della Strada untuk sementara mereka ditampung di STM Rajawali. Ditahun yang sama sekolah mendapat bantuan dua unit gedung sekolah dan digunakan untuk TK Santo Lukas II, SD Santo Lukas III dan SMP Santo Lukas II. Tahun 1974 pembangunan tahap pertama gedung sekolah baru dengan dua lantai dananya diperoleh dari hibah Tarekat Bruder Aloysius yaitu Yayasan Mardiwijana, tahun1977 pembangunan tahap kedua bagian belakang dengan hall. Setelah semuanya selesai maka ditempati oleh SD Santo Lukas I, SD Santo Lukas II, SMP Santa Maria Della Strada dan SMP Santo Lukas I. Pembangunan ini mendapat bantuan dari Yayasan Mardiwijana (Tarekat Bruder Aloysius)
Atas kebaikan hati Bapak Paulus Dae yang telah mewakafkan sebidang tanah, maka pada tahun 1974 dibangun Kapela Betlehem. Selama perjalanannya kapela ini sudah beberapa kali mengalami perbaikan yaitu tahun 1976, 1978 dan 1984. Pada periode ini sudah ada kegiatan semacam rekoleksi/retret para pasutri oleh Romo Marto namun bukan ME, beberapa pasutri juga ikut week end ME, keanggotaan ME bukan hanya pasutri saja ternyata imam, bruder, biarawan/biarawati boleh menjadi anggotanya. Sekitar tanggal 24 Januari tahun 1985 baru secara resmi Mariage Encounter terbentuk dengan ketua pasutri Christine – Budi Rahardjo.
Pada saat kunjungan Bapak Uskup ke Pademangan di tahun 1976, beliau melihat perkembangan umat yang pesat namun prasarana dan sarana belum memadai, maka beliau menugaskan Romo Marto untuk membentuk Panitia Pembangunan Gereja. Panitia segera dibentuk dengan ketua Bapak Theodorus Buntoro. Penggalangan dana dilakukan dengan melalui kartu merah, donatur, penjualan kalender, mengadakan fashion show di Hotel Borobudur dan fonds Dana Solidaritas Pastoral KAJ. Keterlibatan umat dalam kegiatan penggalangan dana ini, menunjukan betapa kompak dan gigihnya perjuangan kita semua dalam mewujudkan rumah Tuhan yang baru. Peletakan batu pertama tanggal 15 Januari 1978 oleh Bapak Uskup Agung Jakarta, Mgr . Leo Soekoto SJ. Pembanguan gereja memakan waktu sepuluh bulan, tepat pada saat perayaan ulang tahun tanggal 31 Oktober 1978, gereja diberkati oleh Uskup Agung Jakarta. Model dan bentuk bangunan gereja mendapat bimbingan dari Romo Mangunwijaya. Inilah wujud nyata kebersamaan, rasa memiliki dan kekompakan seluruh umat di paroki. .
Gedung Paroki selesai dibangun dipenghujung tahun 1982 diketuai oleh Bapak Subekti , penanggungjawab teknik Bapak Ir. Rudi Trisnadi, seksi dana Bapak Emanuel Bong dan mulai dipakai tahun 1983. peresmian dilakukan oleh Bapak Uskup didampingi oleh Pastor J Pierantoni SX. Pada saat ulang tahun ke 16 tepatnya tanggal 31 Oktober 1984 Goa Maria yang sudah selesai pembangunannya diresmikan. Melihat sekitar gereja gersang Pastor Theo mengusulkan dibuat taman pada tahun 1986.
Sejalan dengan berkembangnya Paroki dan jumlah umat yang harus dilayani maka, sekitar tahun 1976-1977 terjadi perubahan yang masing-masing berdiri sendiri
Seksi Sosial Paroki menjadi :
- Seksi Sosial Paroki
- Seksi Santo Yusuf
- Credit Union/Credit Union Swapada, berbadan hukum sendiri
Pada tahun 1981 Seksi Liturgi dan Pewartaanpun mengalami perombakan masing-masing berdiri sendiri
Seksi Liturgi membawahi Sub Seksi :
- Koor/dirigent- Organis
- Lektor
- Pengatur umat/Kolektan
- Misdinar
Seksi Pewartaan membawahi Sub Seksi :
- Katekumen
- Kelompok Bina Iman
- Komuni Pertama- Persiapan Krisma
- Pemandu Kitab Suci
Periode 1983 -1993
Pertambahan umat pada periode ini sangat menggembirakan hampir 500 orang setiap tahunnya bertambah baptisan baru, hal ini berlangsung selama kurang lebih lima tahun.
Doa serentak yang kita kenal sekarang ini, pertama kali dilakukan pada saat pesta perak paroki tahun 1983, ide ini muncul dari Pastor Luis Diaz dan Bapak Yos Mulyadi.
Tahun 1984 Perkumpulan Kesejahteraan Bapak-Bapak didirikan tepatnya tanggal 18 Nopember, sebenarnya jauh sebelum resmi berdirinya para bapak sudah melakukan kegiatan di paroki dirintis oleh Bapak Thomas Mitrodiharjo dan Almarhum Bapak Toto Herwono. Awalnya kurang mendapat perhatian, baru setelah kunjungan Bapak Uskup ke paroki kita, perkumpulan ini mendapat perhatian dari umat sehingga berkembang pesat dan berubah menjadi Seksi Bapak-Bapak, kemudian atas dasar pedoman dari KAJ, maka seksi bapak-bapak berubah lagi menjadi Kelompok Bapak-bapak. Kegiatannya cukup beragam dari ziarah, doa, kunjungan ke umat. Acara besarpun pernah digagas dan dilaksanakan oleh kelompok ini yaitu FANCY FAIR pertama tanggal 25-28 Desember 1986 dan FANCY FAIR kedua tanggal 25-27 Desember 1987 dan lain-lain. Suatu kebanggaan tersendiri karena kelompok Bapak-bapak ini adalah yang pertama di KAJ.
Pendirian Persekutuan Doa Karismatik Katolik, diusulkan oleh Pastor. Diaz pada pesta Natal tahun 1986 di rumah Bapak Budhi Raharjo.Pastor Diaz melihat bahwa umat paroki cukup banyak yang ikut kegiatannya di paroki Mangga Besar, sehingga terpikir oleh beliau kapan pembaharuan karismatik katolik di paroki kita, supaya umat tidak usah jauh-jauh ke Mangga Bear. PDKK baru diresmikan pada tanggal 19 Januari 1987. PDKK ini terus berkembang dengan lahirnya PDKK Kaum Muda (PDKM) pada periode berikutnya.
PWK Santa Monika adalah wadah bagi ibu-ibu yang lebih khusus (janda disebut anggota utama, wanita yang pisah hidup baik dicerai ataupun tidak dicerai dan wanita yang melajang seumur hidupnya), wadah ini diprakarsai oleh Ibu Rena Karim. Secara resmi terbentuk tanggal 27 Maret 1988 dengan nama Perhimpunan Warakawuri Katolik Santa Monika Paroki Santo Alfonsus.
Tim Patoral dibentuk sebagai suatu keprihatinan terhadap perkembangan iman para baptisan baru maupun krisma baru. Ide ini muncul saat pertemuan di Mega Mendung sekitar tahun 1990, anggota tim pastoral sebanyak 38 orang adalah semua pengurus dewan paroki beserta seksi-seksinya, pengurus kelompok kategorial, pengurus wilayah dan lingkungan.
Melihat perkembangan yang sangat pesat dan perlu wadah yang resmi, maka pada tanggal 11 Juli 1993 WK kembali dibentuk.
Pada periode 1984 – 1987 terjadi pemekaran lingkungan dari 40 menjadi 45 lingkungan, 1987 – 1990 pemekaran wilayah dari 6 menjadi 7 dan lingkunganpun bertambah dari 45 lingkungan menjadi 48 lingkungan ditambah 1 lingkungan khusus Pantai Kuta (melihat perkembangan umat di Stasi Sunter yang pesat). Pembangunan fisik terus berlangsung, ditandai dengan diresmikannya Gedung Santo Lukas tahun 1987. Tanggal 20 Agustus 1989 paroki kita telah melahirkan anak paroki yaitu paroki Santo Lukas dengan 12 lingkungan. Pastor kepala yang pertama adalah Pastor Antonio Morzu OFM Conv. Dengan lahirnya Paroki Santo Lukas, maka umatpun berkurang sekitar 2.400 orang dan sekolah yang saat itu berada di Stasi Santo Lukas dihibahkan ke paroki Santo Lukas. Th 1990 – 1993 setelah berdirinya Paroki Santo Lukas, maka wilayah di paroki kita menjadi 6 dengan 37 lingkungan.
Pembangunan gedung pastoran yang baru memerlukan perjuangan yang berat sebab tanah belum bersertifikat sehingga susah untuk mengajukan IMB, setelah hambatan bisa dilalui (menunggu selama lima tahun) awal April 1992 dimulai pembangunannya. Pembangunan gedung dua lantai ini selesai akhir Februari 1993 dan diresmikan oleh Bapak Uskup tanggal 21 Maret 1993. Menara dan lonceng gereja tidak memerlukan waktu yang lama, setelah tiga bulan dibangun akhirnya selesai pada bulan Oktober 1992. Kelompok Bapak-bapak dipercaya sebagai koordinator tea walk dalam rangka pesta perak paroki tanggal 1 Agustus 1993 dengan 42 bus, jumlah peserta sekitar 2.100 umat. Sebenarnya kegiatan ini direncanakan tahun 1992, namun kalau melihat surat keputusan dari KAJ pada saat pembentukannya, paroki resmi berdiri 10 Juni 1968, maka setelah dimusyawarahkan diputuskan bahwa pesta perak jatuh pada tahun 1993.
Pada periode ini kita sebagai bagian dari umat di KAJ ikut berperan aktif dalam Sinode KAJ (27 November 1988 – 30 November 1989), demikian juga pada perayaan tahun Maria (7 Juni 1987 – 8 Agustus 1988) dan kunjungan Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II, pada tanggal 9 Oktober 1989 umat Pademangan datang ke Istora Senayan dengan 30 bus..
Cikal bakal Komunitas Salesian Indonesia berawal dari Rajawali Selatan VI No.1, di rumah inilah (Wisma Salesian Pademangan) Pastor Carbonell, SDB bersama ------
Fr. Boedi, Fr. Noel dan Fr. Lino (kini ketiganya sudah menjadi imam SDB, Romo Noel sebagai Pastor kepala di Paroki Yohanes Bosco, Danau Sunter) merintisnya.
Periode 1993 – 2003
Periode 1993 -1996 di wilayah V bertambah lingkungan Arnoldus, sehingga jumlah lingkungan menjadi 38, 1996 – 1999 bertambah lagi lingkungan Margaretha M sekarang lingkungan di paroki kita ada 39 lingkungan.
Pada saat Jakarta mengalami banjir hebat sekitar tanggal 8 - 10 Februari 1996, gereja kitapun tidak luput dari banjir dengan ketinggian antara 1/2m-1m. Banjir telah menghancurkan perabotan yang terbuat dari kayu termasuk kursi dan sebagian arsip paroki. Paroki memerlukan gedung Gereja yang baru yang tinggi supaya tidak kena banjir, itulah yang menjadi pemikiran Pastor Kepala (Pastor Norbert Betan,SVD) pada waktu itu. Atas dasar itulah kemudian dibentuk Panitia Pembangunan Gereja dengan ketua Bapak Frans E. Muliawan, SH. Kendala muncul saat ijin mendirikan bangungan (IMB) belum juga turun, akhirnya setelah menunggu selama hampir tujuh tahun ijin dikeluarkan sekitar akhir tahun 2003, ini atas usaha gigih Bapak Tobing rekan dari Bapak Tommy. Kejadian di tahun 1998 dimana kesulitan ekonomi yang dihadapi masyarakat waktu itu sangat berat, membuat Bapak Uskup tergerak untuk membuat surat edaran untuk membangun persaudaraan dan solidaritas antar warga Bangsa. Paroki kita tidak ketinggalan dengan dibentuknya Panitia Gerakan Solidaritas Antar Warga Bangsa (GETAS). Panitia ini terbentuk atas kerjasama SSP dan Kelompok Bapak-bapak Paroki. Kegiatannya membagi sembako murah ke 25 RW di Pademangan Barat, Pademangan Timur dan Gunung Sahari Utara. Kegiatan ini mencerminkan ajaran Yesus sendiri.
Pada acara ulang tahunn paroki kita yang ke 33, puncak acara diadakan misa syukur dan Tea Walk ke Kebun Teh Gunung Mas pada tanggal 21 Oktober 2001 jumlah peserta sekitar 1.500 orang dengan menggunakan 29 bus. Bulan September dan Oktober 2001 diadakan lomba-lomba olahraga dan Liturgi.
Periode 2003 – 2008
Untuk mewujudkan pembangunan Gereja baru maka dilakukan usaha pencarian dana yang melibatkan semua umat di wilayah dan lingkungan baik melalui Seksi/Kelompok Kategorial/Organisasi maupun pribadi. Pencarian dana ini dilakukan dengan mengadakan malam dana 27 Agustus 2005 di Nelayan Seafood Restaurant, Kolekte kedua di Paroki sendiri maupun kunjungan ke Paroki lain di KAJ. Setelah dibangun hampir dua tahun akhirnya Gedung Gereja 2½ lantai berdiri kokoh di atas tanah yang ada, gedung gereja yang baru menjadi kebanggaan kita bersama. Awalnya kita tidak menyangka bisa membangun gedung gereja dengan biaya yang tinggi, tapi tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Dengan selesainya pembangunan gedung gereja baru, jadwal misa hari Minggu yang semula empat kali berubah menjadi tiga kali. Untuk rapat plenopun kita sudah mempunyai ruang sendiri. Tanggal 20 Nopember 2006, Paroki kita kebagian menjadi petugas pada acara Novena Maria Medali Wasiat bertempat di Paroki Fransiskus Xaverius, Tanjung Priok. Tanggal 19 Nopember 2006 Bapa Uskup menerimakan Sakramen Krisma kepada 483 umat Paroki Santo Alfonsus.
Tanpa terasa sudah 200 tahun Gereja Katolik ada di Jakarta, untuk memperingatinya diadakan banyak kegiatan, puncaknya Perayaan Misa dan Pameran se Dekanat Utara di PRJ pada hari Sabtu tanggal 28 April 2007, misa dipimpin oleh Bapak Uskup dan para Pastor dari 6 Paroki sedekanat utara, dihadiri lebih dari 3.000 umat. Umat Paroki kita terlibat aktif baik sebagai panitia maupun pengisi acara. Mudika kita menyumbangkan modern dance. Salah satu acara yang menarik adalah permainan angklung secara massal dengan latihan sebelum acara dimulai, berkat kemampuan yang dimiliki oleh Bapak Djoko sang dirigen dari Bandung, maka acara ini menjadi meriah dan sukses. Untuk kali ini artis yang hadir Delon Idol, Kia AFI dan Lisa A Riyanto. Dialog dengan Bapak Uskup mengangkat tema ketenagakerjaan dan sampah, ditutup dengan kampanye oleh Romo Andang L Binawan, SJ dan Lisa A Riyanto. Intinya bagaiaman mengolah sampah sehingga mempunyai nilai ekonomis dan pelestarian lingkungan hidup.
Tahun 2007 untuk pertama kalinya paroki kita mengadakan kursus evangelisasi pribadi dan dilanjutkan di tahun 2008.
Pastor yang berkarya di paroki datang dan pergi, Pastor FX. Soekarno pindah ke Kalimantan , Pastor Ketut pindah ke Kranji, sedangkan Pastor Sebastianus Ndona ke Medan sebagai pengganti datang Pastor Remigius Sene dari Surabaya, serah terima dilakukan di Aula Pastoran pada tanggal 5 Juni 2007. Setelah menerima tahbisan imamat Romo Kokoh pindah juga ke Tangerang, sewaktu di Pademangan Frater Kokoh menerbitkan lembaran Santos yang terbit setiap minggu. Tahun 2007 Bapa Uskup mengunjungi Paroki kita tepatnya tanggal 18 April 2007, banyak hal yang dibicarakan pada waktu ramah tamah dengan beliau, intinya pemberdayaan komunitas basis yaitu keluarga dan lingkungan.
Periode ini adalah periode yang luar biasa dengan terbentuknya seksi, Sub Seksi , kelompok kategorial dan organisasi baru, seperti : Pelayanan Kesehatan Santa Catharina (30 Desember 2004), , PDKM (awal tahun 2003), Komunitas Doa Meditasi Alkitab, Komunitas Doa Kasih (2 Juni 2005),Kelompok Doa Meditasi Taize, Pos Narkoba Santa Caecilia (awal tahun 2005, pertama kali di KAJ, Pos ini bekerja sama dengan Yayasan yang dipimpin oleh Romo Somar).
Pesta perak tahbisan Imamat Pastor Nobert Betan, SVD diadakan di Gereja kita pada hari Sabtu tanggal 28 Juni 2008. Acara dimulai dengan Misa pukul 10:00 dilanjutkan dengan ramahtamah.
Pembangunan Gedung Pastoran September 2007 – Mei 2008
Tanggal 30 September 2007 dilakukan peletakan batu pertama pembangunan gedung pastoran yang berada tepat di samping gereja, pembangunan ini dilakukan karena IMB yang sudahhampir habis masa berlakunya. Panitia yang terbentuk diketuai oleh Bapak Ricky Delimarta dengan anggotanya diantaranya Bapak Aloysius Kustanto, Bapak Ong dan dr. Tan Gek Soan. Dengan pertimbangan harga penawaran dan mendahulukan dari umat paroki sendiri, maka dipilih PT. Cahaya Abadilestari (Bapak Nuriady Josaf) sebagai kontraktor pelaksana. pembangunan sendiri memakan waktu sekitar tujuh bulan
Sebelum diresmikan umat diperbolehkan meninjau hasil karya generasi muda paroki dalam mewujudkan gedung pastoran, pada tanggal 24 dan 25 Mei 2008 setelah misa. Peresmian gedung pastoran dilakukan oleh Pastor Remigius Sene SVD pada hari Sabtu, tanggal 31 Mei 2008, sesudah misa. Biaya pembangunan gedung pastoran diperoleh dari dana sisa pembangunan gedung gereja, peran serta umat melalui kupon yang dibagikan ke umat dan sumbangan donatur. Peran serta umat melalui kolekte kedua, kupon dan sumbangan langsung masih sangat diperlukan mengingat sampai saat ini kita masih kekurangan dana untuk rencana pembangunan gedung sekolah baru karena gedung sekolah lama diratakan untuk gedung pastoran. Sementara anak-anak belajar di aula gereja dengan kondisi seadanya. Antusias umat untuk menyumbang peralatan dan perabotan gedung pastoran sangat tinggi, namun ada kalanya tidak tepat sasaran atau tidak sesuai dengan keadaan dalam gedung gereja, oleh karena itu dewan mengambil kebijakan dengan menggambar lebih dahulu baru kemudian ditawarkan ke umat. Harapannya gedung yang sudah indah ini diisi dengan barang-barang yang sesuai peruntukannya.
Pada Periode ini Dewan Paroki melakukan banyak perubahan dan perbaikan secara administrasi dan struktural dapat kita lihat dari Struktur Pengurus di periode ini. Tantangan yang dihadapipun lumayan berat.Untuk menampung aspirasi dari umat maka Dewan Paroki menyediakan waktu khusus hari Rabu untuk open house dengan umat yang ingin menyampaikan saran, keluhan dan sebagainya, sedangkan hari Jumat malam rapat Dewan Paroki Inti. Pembenahan juga dilakukan untuk masalah permintaan bantuan ke umat atau keluar paroki, sekarang tidak boleh ada proposal yang keluar dari seksi, panitia, lingkungan, wilayah maupun lainnya yang struktur organisasinya langsung dibawah dewan paroki. Semua proposal permintaan bantuan dikeluarkan oleh dewan paroki dengan harap mempermudah dalam pengawasan.
Bulan Maret 2008 kepengurusan SSP dibekukan sementara atas dasar pertimbangan yang matang demi perbaikan kedepannya. Transparasi keuangan yang menjadi prioritas dewan sudah napak terlihat dengan diumumkannya keadaan keuangan paroki pada setiap rapat dewan paroki pleno, ini merupakan langkah maju dan berani.
Tahun 2008 dilakukankan pemekaran wilayah dan lingkungan sehingga paroki kita mempunyai 12 wilayah dengan 56 lingkungan, tidak semua wilayah dan lingkungan dimekarkan mengingat kondisi geografis dan keadaan umat.
Wilayah I dengan 9 lingkungan menjadi 3 wilayah dengan 16 lingkungan
Wilayah II dengan 6 lingkungan menjadi 2 wilayah dengan 8 lingkungan
Wilayah III dengan 5 lingkungan menjadi 1 wilayah dengan 5 lingkungan
Wilayah IV dengan 5 lingkungan tetap 1 wilayah dengan 5 lingkungan
Wilayah V dengan 9 lingkungan menjadi 3 wilayah dengan 15 lingkungan
Wilayah VI dengan 6 lingkungan menjadi 2 wilayah dengan 7 lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar